Kisah Haji Awaloeddin
Haji Awaloeddin lahir pada saat Maghrib tanggal 14 Juni 1924 di Kampung Dalam Pekanbaru, sebagai anak pertama dari perkawinan Bapak Muhammad Syech dengan Ibu Salmah. Muhammad Syech adalah seorang petani getah yang sesekali mengisi harinya dengan menangkap ikan sekedar untuk keperluan keluarga. Kelahiran Haji Awaloedddin bertepatan dengan peristiwa meletusnya Gunung Krakatau.
Haji Awaloeddin dibesarkan di Kampung Dalam, berdasarkan tradisi dan pendidikan yang berlaku dalam masyarakat Melayu. Masa kecil Haji Awaloeddin diisi dengan belajar mengaji, membantu ibu mengangkat air, mencari dan membelah kayu api, dan juga bermain bersama teman sebayanya.
Pada tahun 1931, Haji Awaloeddin yang masih berusia 7 tahun bersekolah di VerVolkschool (Sekolah Rakyat) Pasar Tengah (sekarang Jl. Ir. H. Juanda), yang merupakan satu-satunya sekolah di Pekanbaru dengan sistem pendidikan Belanda. Sebelum ke sekolah pada jam 07.00, Haji Awaloeddin menjajakan kue buatan ibunya. Sepulangnya dari sekolah, kembali Haji Awaloeddin menjajakan kue buatan ibunya. Hasil penjualan kue itulah yang digunakan untuk membiayai sekolahnya. Dari sinilah jiwa kewiraswastaan Haji Awaloeddin mulai terasah. Pada tahun 1936, Haji Awaloeddin menamatkan pendidikannya di Sekolah Rakyat, dan melanjutkan ke Pendidik Penduduk Pekanbaru School (PPPS). PPPS merupakan sekolah yang statusnya sama dengan Hollandschew Inlandsche School (HIS), yang didirikan oleh para tokoh pendidik di Pekanbaru pada saat itu. Sejak bersekolah di PPPS, Haji Awaloeddin tidak lagi menjajakan kue buatan ibunya, karena sang ibu berhenti membuat kue.
Dengan menyerahnya Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, maka sekolah sekolah ditutup. Haji Awaloeddin yang saat itu akan naik ke
Kelas 6, terpaksa berhenti sekolah. Daripada diam menganggur di rumah, beliau yang tidak terbiasa untuk membiarkan dirinya tanpa kegiatan yang bermanfaat, bekerja di kantor Lanschap (Kuchu) Pekanbaru sebagai Leerling selama 1 tahun. Selanjutnya Haji Awaloeddin bekerja di perusahaan Okuro Sangyo Kabushiki Kaisha sebagai kerani (juru tulis). Dengan usahanya yang tekun dan penuh tanggung jawab dalam bekerja, beliau kemudian menjadi asisten boekhouder (pemegang buku akuntan), dan pada akhirnya sebagai boekhouder. Jabatan terakhir ini dipegang selama 15 bulan sampai perusahaan tersebut tutup akibat kekalahan Jepang.
Setelah kekalahan Jepang, Haji Awaloeddin bekerja di PT Serikat Dagang Indonesia Riau (SEDAR) Pekanbaru yang bergerak di bidang perniagaan dan perdagangan bahan-bahan pokok yang didatangkan dari Sumatera Barat. Perusahaan ini dipimpin oleh abang beliau yang bernama Abdul Jalil atau biasa dipanggil dengan Bang Jalil. Di SEDAR, Haji Awaloeddin bertugas sebagai boekhouder. Kinerjanya yang sangat bagus dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya membuat Haji Awaloeddin menjadi orang kepercayaan perusahaan tersebut.
Setelah 1 tahun bekerja di SEDAR, dalam usianya yang 22 tahun, Haji Awaloeddin dijodohkan oleh isteri Bang Jalil yang bernama Zaitun, dengan Muslamah Ali yang masih memiliki pertalian keluarga dengan Haji Awaloeddin. Ibu dari Haji Awaloeddin memiliki hubungan adik-beradik dengan nenek Muslamah Ali. Perjodohan itu disetujui oleh kedua orang tua Haji Awaloeddin. Haji Awaloeddin yang sedang berusia 22 tahun menikah dengan Hj. Muslamah binti H. Muhammad Ali Sutan yang berusia 19 tahun pada tanggal 20 April 1946. Hj. Muslamah Ali pernah bersekolah hingga tingkat 5 di Diniyah Putri Padang Panjang.
SEDAR hanya bisa bertahan selama 2 tahun. Dengan bubarnya SEDAR, Haji Awaloeddin bergabung dengan Firma Saleh Abbas Concern yang merupakan milik kakak ipar Hj. Muslamah Ali pada tahun 1947. Menjelang 1 tahun usia perkawinannya, Haji Awaloeddin dikaruniai anak pertama yang bernama Marwan pada tanggal 9 Maret 1947. Anak pertama yang bernama lengkap Marwan Awaloeddin, H,. dr., SpP., FCCP., MM. sekarang ini merupakan Direktur RS Awal Bros Pekanbaru. Dan secara berturut-turut kemudian lahir Mainiar Awaloeddin, Drs. Marmawi Awaloeddin,
Ir. Masfar Awaloeddin, Mulyadi Awaloeddin, drg. Muslina Yulia Awaloeddin SPORT., Dra Aryani Awaloeddin, Aidil Awaloeddin MBA, Ir. Akhyar Awaloeddin, Asril Awaloeddin SE, Amnah Awaloeddin, dan Ir. Arfan Awaloeddin MARS.
Setelah sempat keluar dari Firma Saleh Abbas dan bekerja di Firma Indonesia Importers Exporters Organization (IIEO) sebagai boekhouder, Haji Awaloeddin kembali menapak kariernya di Firma Saleh Abbas yang telah meningkat statusnya menjadi NV Saleh Abbas Concern, dengan peningkatan jabatan beliau yang berkelanjutan, sehingga mampu membangun pondok kecil bagi keluarganya di Kampung Rintis. Saleh Abbas mempercayakan Haji Awaloeddin untuk memimpim cabang NV-nya di Padang pada tahun 1951. Tingkat persaingan yang tinggi membuat NV ini hanya bertahan selama 1 tahun di Padang. Haji Awaloeddin dan keluarga kembali ke Pekanbaru dan bergabung kembali dengan NV Saleh Abbas Concern cabang Pekanbaru sampai tahun 1953.
Sikap hidup mandiri dan obsesi kedua orang tua Haji Awaloeddin mendorong beliau untuk mendirikan usaha sendiri. Dengan berat hati, Saleh Abbas melepas Haji Awaloeddin untuk berusaha sendiri. Pada tahun 1954, Haji Awaloeddin menyewa toko di Jl. Siak (sekarang J1. Ir. H. Juanda) dengan memasang papan merek Awal Bros. Toko ini menjual alat tulis dan bahan pokok, hingga menjadi pemasok beras bagi pegawai negeri di Pekanbaru. Dengan berpindahnya ibukota Propinsi Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru, dan dengan bantuan pemerintahan daerah Pekanbaru, Haji Awaloeddin mendirikan hotel pertama di Pekanbaru yang bernama Hotel Nirwana. Hotel ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara bagi pegawai negeri yang harus dipindahkan dari Tanjungpinang ke Pekanbaru. Dalam mengelola hotel ini, Haji Awaloeddin dibantu oleh isteri beliau, Ibu Muslamah Ali.
Sejak tahun 1960, Haji Awaloeddin aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan sosial. Pada tahun 1960, beliau menjabat wakil ketua GPEI (Gabungan Pengusaha Ekspor Impor), dan pada tahun 1983 selama 10 tahun dengan jabatan wakil ketua aktif pula mengelola organisasi HISWANAMIGAS (Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi). Dalam kegiatan sosial, Haji Awaloeddin antara lain menjabat sebagai ketua umum Yayasan Masjid Raya Pekanbaru yang mengelola Taman Kanak-kanak Islam,
Taman Kanak-kanak Al-Quran, Madrasah Diniyah Awaliyah, dan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Riau. Haji Awaloeddin juga menjabat sebagai Dewan Penyantun Universitas Riau, Dewan Pertimbangan Kadinda Riau, bendahara Majelis Ulama Indonesia Daerah Riau, wakil ketua Baziz tingkat I Riau, dan ketua PHBI (Panitia Hari Besar Islam) Riau.
Selain berbisnis dan berorganisasi, ternyata Haji Awaloeddin pada tahun 1962- 64 juga diminta oleh Gubernur Riau saat itu, Kaharudin Nasution, untuk mewakili kelompok pengusaha menjadi anggota DPR-GR Kota Pekanbaru. Kemudian menjadi anggota DPR-GR Propinsi Riau dari tahun 1968-70.
Pada tahun 1964, dalam usia 40 tahun, Haji Awaloeddin dan isteri, Hajah Muslamah Ali menunaikan ibadah Haji untuk yang pertama kalinya, setelah memperoleh kesempatan naik haji dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau saat itu, Bapak Kaharudin Nasution.
Usaha Hotel Nirwana tidak berjalan lama. Kekuatiran Haji Awaloeddin bahwa hotel dapat dijadikan sarang wanita asusila, membuat beliau menutup hotel tersebut.
Toko Awal Bros yang didirikan Haji Awaloeddin berkembang menjadi Firma Awal Bros yang bergerak di bidang ekspor-impor dan perdagangan interinsuler, setelah terjadi kebakaran yang memusnahkan toko tersebut. Selanjutnya, firma ini ditingkatkan menjadi PT Awal Bros yang pada akhirnya ditunjuk menjadi transportir BBM pada Pertamina Unit PPDN-1 Medan di Depot Sei Siak dan Depot Dumai.
Haji Awaloeddin tidak hanya bertahan pada satu bidang usaha yang dikelolanya. Pada tahun 1972, setelah melihat bahwa diantara kedua belas anaknya ada yang memiliki bakat wiraswasta, maka beliau mendirikan badan usaha yang dinamakan CV Cahaya Riau yang bergerak di bidang transportasi darat pada PT Caltex Pasific Indonesia. Pada tahun 1984, usaha ini ditingkatkan menjadi PT Cahaya Riau. Disamping terus menjadi transportir BBM, Haji Awaloeddin membangun dan mengelola SPBU di Bangkinang dan Sungai Pinang-Danau Bingkuang.
Pernikahan Haji Awaloeddin dengan Hajjah Muslamah Ali
dikaruniai 13 orang anak (8 putra dan 5 putri). Seorang anak beliau meninggal dunia. Kedua belas anak beliau telah memberikan 23 orang cucu. Cucu tertua beliau bernama Arief Iskandar (27 tahun), telah menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Aesitektur di ITENAS Bandung pada tahun 1999, dan S2 Magister Manajemen di Unpad Bandung pada tahun 2002.
Selain bergelut dengan dunia usaha yang dijalaninya, Haji Awaloeddin dan Hajjah Muslamah Ali juga aktif dalam kegiatan dan organisasi sosial. Salah satu wujud kepedulian Haji Awaloeddin untuk bergerak di bidang sosial dan menambah amal beliau, disamping membantu pemerintah daerah dalam menyediakan sarana dan prasarana di bidang kesehatan adalah dengan mendirikan sebuah rumah sakit swasta. Disamping untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, kehadiran rumah sakit ini diharapkan untuk membantu mengembangkan syiar Islam dalam seluruh aspek kehidupan, meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, agar masyarakat dapat hidup mandiri.
Ditengah krisis moneter yang melanda Indonesia, keinginan luhur tersebut tetap diwujudkan beliau. Rumah Sakit Awal Bros yang berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman 117 Pekanbaru, dengan kapasitas 250 tempat tidur, diresmikan oleh Gubernur Riau saat itu yaitu Bapak Soeripto pada tanggal 29 Agustus 1998. Sejak itulah RS Awal Bros beroperasi secara resmi. Menempati lahan seluas 16.000 m2 dengan luas bangunan 111.000 m2, yang terdiri dari gedung utama dan gedung penunjang. Gedung utama terletak di bagian depan rumah sakit, dan gedung penunjang di bagian belakang.
Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru berkembang menjadi rumah sakit terbesar di Riau. Dengan manajemen profesional yang didukung oleh tenaga profesional di bidangnya, anak-anak Haji Awaloeddin juga terlibat didalamnya. Memasuki usia 4 tahun, di tahun 2003, RS Awal Bros Pekanbaru memperoleh pengakuan internasional dalam sistem mutu dengan meraih Sertifikat ISO 9001:2000 dari United Kingdom Accreditation Scheme (UKAS) melalui United Registrar of System (URS).
Melihat perkembangan RS Awal Bros Pekanbaru yang diakui oleh negara tetangga, Haji Awaloeddin berkeinginan untuk
membangun rumah sakit kedua bertaraf internasional di Batam. Pertimbangan untuk mendirikan rumah sakit di Batam didasari pengamatan bahwa masyarakat Riau banyak yang memilih untuk menjalani pengobatan di luar negeri, terutama negeri tetangga, sehingga devisa daerah beralih ke luar negeri. Pertimbangan lainnya adalah karena Batam sebagai salah satu pintu gerbang untuk masuk ke Indonesia, juga merupakan daerah industri dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Diharapkan pembangunan rumah sakit ini mampu memenuhi himbauan pemerintah dalam membantu mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, sekaligus memenuhi harapan masyarakat Riau dan sekitarnya akan perlunya ketersediaan fasilitas kesehatan yang berkualitas.
Pembangunan dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 24 Januari 2002. Rumah sakit yang berlokasi di Jl. Gajah Mada Kavling I Batam ini berkapasitas 280 tempat tidur, berdiri di atas lahan seluas 16.656 m 2, terdiri atas 6 lantai, dilengkapi dengan area parkir di lantai dasar (basement), dan landasan helikopter (helipad) di atap lantai 6.
Pada tanggal 21 April 2003 yang bertepatan dengan hari ulang tahun perkawinan Haji Awaloeddin dengan Hajjah Muslamah Ali ke 57, RS Awal Bros diresmikan secara soft opening. Untuk mensyukuri hari jadi Haji Awaloeddin yang ke 79, RS Awal Bros Batam akan diresmikan secara grand opening oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Bapak Achmad Sujudi pada tgl 26 Juni 2003.
Semoga karya, jasa dan sumbangsih Haji Awaloeddin dapat bermanfaat bagi generasi penerus serta masyarakat Riau khususnya dan Indonesia umumnya, serta menjadi amal ibadah bagi Haji Awaloeddin beserta isterinya Hajjah Muslamah Ali dan anak cucunya.
Dengan tabah hidup dihadang
Dengan tawakkal badai dijelang
Dengan sabar ditolong malang
Dengan syukur disambut menang
Biar matahari timbul tenggelam
Biar berganti siang dan malam
Kejujuran hati berpantang padam
Kekokohan setia tetap mendalam
Kebulatan Tauhid dasar ibadah Bakti ke ummat amal jariah Pegangan teguh Hablun Minallah Hablum Minannas membuahkan berkah